Senin, 07 Maret 2011

Tertawa Itu Indah

Tertawalah. Bahkan hingga air matamu berderai karenanya.
Dalam sejuta kegundahan, kadang tertawa adalah jalan keluar untuk menentramkan segalanya. Tertawa itu seperti psikotropika bagi mereka yang dilema, bagi mereka yang memangkul beban. Maka tak heran, penuh rumah sakit jiwa dengan orang yang tertawa. Mereka cuma mengikuti apa yang alam telah mengaturnya, jika saraf-sarafmu telah terlepas, maka biarkanlah tawa itu bebas.
Namun, sebagian penuh dengan rasa histeris dan kemenjeritan. Tragis.
Tak ada yang baik dengan segala keterlaluan. Termasuk tertawa. Bahkan tawa pun jika terlalu berlebihan akan merusak jiwa. Hatimu akan keras karenanya, dan wibawamu akan jatuh olehnya. Tertawalah sekedar, seperti seorang nabi tertawa. Tertawa yang memiliki tempat. Tertawa seadanya.
Mari mulai memejamkan mata. Lihatlah hal-hal terburuk dari kehidupan kita. Lantas, apa yang terjadi sekarang. Ternyata segala sesuatu itu memiliki kadarnya. Hitam tak selamanya hitam. Putih pun demikian. Maka, mengapa engkau terus menangisi hitam, mari kembali kepada cahaya dan mari kita tertawa bersama.
Sebuah kemenangan yang paling patut dihargai adalah dengan tertawaan. Emas, intan, perak, berlian. Apalah semua itu jika harus engkau hadirkan dengan tangisan. Segenggam pasir lebih berharga jika itu mampu menghadirkan bahagia.
Syahdan. Menangis pun memerlukan suatu tawa. Pernahkah engkau mendengar sebuah kisah, lelaki yang terpuruk sunyi. Menangisi malam berlarut hingga berwindu tahun dirajut hari. Hingga pada suatu titik, lelaki yang menangis itu mulai tertawa. Pedih yang teramat dalam tidak lagi mampu ditanggungnya. Alam memberikan sebuah jawaban yang begitu indah: TERTAWALAH.
Bukankah Tuhan pun berbahagia dengan tertawa. Ingatkah engkau, ketika seorang lelaki mematikan lampu rumahnya di malam hari saat seorang tamu berkunjung. Tamu itu makan dengan lahapnya di bawah kelamnya malam, dan lelaki itu turut mengunyah, namun dengan perut yang tetap kosong.
Ingatkah engkau bahwa Tuhan tertawa ketika itu. Karena kisah yang begitu indah sedang bergulir. Kisah yang membuatku menuliskannya ini pun mampu tertawa namun dengan air mata haru yang kian tumpah. Tuhan, betapa indahnya cerita yang engkau suguhkan.
Maka, mari tertawalah. Bila gundahmu kian membuncah, maka istirahatkanlah dirimu dengan tertawa. Biarkan alam yang menjadi penuntun langkahmu berikutnya.
Tertawalah. Tidak akan terjadi hal yang buruk di dunia ini, karena kepada Tuhanlah kamu akan kembali. Sungguh, tertawa itu indah.

BY: Muhammad Baiquni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar